Jangan Terlalu Banyak Tidur Saat Puasa


unduhan

Ramadhan…

Bagi sebagian orang, tidur berlebihan dapat terjadi sebagai akibat dari stres ataupun kecemasan. Namun dapat juga tidur berlebihan terjadi karena sebagai akibat dari terlalu banyak makan.

Selama kita makan berlebihan, maka tidak mungkin kita dapat aktif apalagi menjadi produktif. Absennya waktu makan siang selama bulan Ramadhan bukan menjadi alasan untuk makan berlebihan pada saat berbuka dan setelahnya.

Puasa di bulan Ramadhan tidak memberi kita “tiket” untuk kesiangan setelah shalat Subuh, dan kemudian terlambat masuk kerja. Makan dan minum yang cukup tetap dapat membuat kita tetap enerjik, In Syaa Allah, kecuali jika kita melakukan Qiyaamullail, sepanjang malam, maka memang berbeda situasinya. Bahkan, sebenarnya Qiyaamullail menghasikan energi berbeda yang dapat membuat kita lebih produktif. Jadi hal itu tidak dapat menjadi alasan mengapa kita bangun kesiangan.

Kita harus dapat mengatur waktu tidur, baik dalam Ramadhan, ataupun selepasnya. Ramadhan waktunya untuk menetapkan target apa yang dapat kita capai di bulan suci ini. Mulai dari mengevaluasi diri sampai dimana kemajuan yang telah kita capai selama Ramadhan.

Ungkapan yang sering kita dengar baik di pengajian atau pun di berbagai kesempatan adalah  tidurnya orang berpuasa merupakan ibadah. Dan paling sering kita dengar tentu saja di bulan Ramadhan. Yang paling populer diantaranya adalah:

Tidurnya orang puasa merupakan ibadah, diamnya merupakan tasbih, amalnya dilipat-gandakan (pahalanya), doanya dikabulkan dan dosanya diampuni.

Meski di dalam kandungan hadits ini ada beberapa hal yang sesuai dengan hadits-hadits yang shahih, seperti masalah dosa yang diampuni serta pahala yang dilipat-gandakan, namun khusus lafadz ini, para ulama sepakat mengatakan status kepalsuannya. Bahkan banyak diantara para ulama terdahulu banyak yang telah menyatakan bahwa hadist itu benar-benar palsu, seperti Al-Imam Al-Baihaqi, Al-Iraqi, Al-Imam Ahmad bin Hanbal, Al-Imam Al-Bukhari, Yahya bin Ma’in, Yazid bin Harun dan Iman Ibnu Hibban, dan mereka semua sepakat bahwa perawi hadist ini, Sulaiman bin Amr An-Nakha’i adalah pemalsu hadist.

Oleh karena itu, tindakan sebagian kita untuk banyak-banyak tidur atau tidur berlebihan pada bulan Ramadhan dengan alasan bahwa tidur itu ibadah, jelas-jelas tidak ada dasarnya. Apalagi mengingat Rasulullah SAW pun tidak pernah mencontohkan untuk menghabiskan waktu siang hari untuk tidur.

Ramadhan dimaksudkan untuk ibadah dan lebih lagi. Meskipun, setiap tindakan seorang Muslim dianggap sebagai ibadah, namun adalah lebih baik menjadi pribadi yang enerjik dan produktif selama Ramadhan ini.

Selamat Berbuka.

Tinggalkan komentar