Asal-usul Tahun Hijriyah


Di bawah kepemimpinannya, semenanjung Arab dipersatukan dalam naungan Islam. Itulah yang mengilhami Umar ibn Khaththab, Ra. untuk mejadikan hijrah Rasulullah Shallahu ‘Alaihi Wassalam sebagai kalender Islam, setelah sebelumnya sempat muncul berbagai versi pendapat tentang penentuan tahun Hijriayah ini.

Sebelum masa kekhalifahan Umar, Ra. kaum Muslimin terkadang menggunakan Tahun Gajah ataupun menggunakan peristiwa-peristiwa besar lainnya dalam sejarah peperangan bangsa Arab. Tahun-tahun itu semua mengacu pada masa Jahiliyah, sedangkan Islam telah datang dan menghapuskan yang telah lalu. Namun ada juga yang menghitung berdasarkan kelahiran Rasulullah, tahun wafat beliau, sejak masa kerasulan beliau, perang Badar, Perjanjian Hudaibiyah ataupun Fathu Makkah.

Umar, Ra. berpendapat bahwa hijrah Rasul ke Yatsrib merupakan peristiwa yang luar biasa dalam sejarah Islam, sebab dengan hijrah inilah awal pertolongan Allah ‘Azza Wa Jalla kepada rasul-Nya dan Islam diperkuat. Dan keputusan hijrah itu telah membuahkan hasil bersatunya semenanjung Arab di bawah Panji Islam, terbentuknya sebuah Daulah (Negara) Islam dan lebih sukses lagi karena ini semua terjadi pada tahun ke 16 Hijrah di masa kekuasaan Umar, Ra., bersamaan dengan itu juga terjadi banyak peristiwa yang meibatkan tokoh-tokoh Islam dalam meraih banyak kemenangan di daerah kekuasaan Kisra (Persia) dan daerah kekuasaan Romawi, penyerbuan Mada’in dan terus menerobos sampai ke Iwan (Balairung) Agung, membebaskan Baitul Muqadas, membangun Masjidil Aqsha di samping Gereja Anastasis.

Agaknya perdebatan muncul setelah ditentukannya awal perhitungan tahun Hijriyah. Silang pendapat untuk menentukan bulan apa yang dipakai sebagai pemula tahun baru kemudian timbul. Berbagai pendapat lalu dilontarkan, ada yang mengusulkan Rabi’ul Awwal karena di waktu itu dimulai perintah hijrah dari Makkah ke Madinah. Usul lain memilih bulan Ramadlan karena di bulan itu diturunkannya Al-Qur’ân.

Perdebatan kemudian berakhir setelah sebagian besar dari kalangan sahabat seperti Umar, R.a, Utsman Ra.dan Ali, Ra. sepakat bahwa tahun baru Hijriyah dimulai dari bulan Muharram.

Lalu mengapa tahun baru Islam dimulai dari bulan Muharram? Alasannya karena pada bulan itu banyak hal-hal atau aktifitas yang diharamkan, di antaranya tidak diperbolehkannya mengadakan peperangan. Kecuali dalam keadaan diserang, seperti tertera dalam QS.Al-Baqarah:191.

Mengapa dikatakan Muharram sebagai bulan haram? Didasarkan pada ayat lain dimana Allah juga berfirman, “Bulan haram dengan bulan haram, dan pada sesuatu yang patut dihormati, berlaku hukum qishash. Oleh sebab itu barangsiapa yang menyerang kamu maka seranglah ia, seimbang dengan serangannya terhadapmu. Bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah berserta orang-orang yang bertakwa.” (QS.Al-Baqarah: 194).

“Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram (suci). Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu.” (QS. At Taubah: 36)

Lalu apa saja empat bulan suci tersebut? Dari Abu Bakroh, Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda, “Setahun berputar sebagaimana keadaannya sejak Allah menciptakan langit dan bumi. Satu tahun itu ada dua belas bulan. Di antaranya ada empat bulan haram (suci). Tiga bulannya berturut-turut yaitu Dzulqo’dah, Dzulhijjah dan Muharram. (Satu bulan lagi adalah) Rajab Mudhor yang terletak antara Jumadil (akhir) dan Sya’ban.”

Bulan-bulan tersebut disebut bulan haram, menurut Al Qodhi Abu Ya’la rahimahullah karena dua makna:

Pertama, pada bulan tersebut diharamkan berbagai pembunuhan. Orang-orang Jahiliyyah pun meyakini demikian.

Kedua, pada bulan tersebut larangan untuk melakukan perbuatan haram lebih ditekankan daripada bulan yang lainnya karena mulianya bulan tersebut. Demikian pula pada saat itu sangatlah baik untuk melakukan amalan ketaatan.”

Karena pada saat itu adalah waktu sangat baik untuk melakukan amalan ketaatan, sampai-sampai para salaf sangat suka untuk melakukan puasa pada bulan haram. Sufyan Ats Tsauri mengatakan, “Pada bulan-bulan haram, aku sangat senang berpuasa di dalamnya.”

Ibn ’Abbas mengatakan, ”Allah mengkhususkan empat bulan tersebut sebagai bulan haram, dianggap sebagai bulan suci, melakukan maksiat pada bulan tersebut dosanya akan lebih besar, dan amalan sholeh yang dilakukan akan menuai pahala yang lebih banyak.”

Perlu diingat, alasan Umar, Ra. menetapkan acuan tahun hijriyah adalah untuk menandai setiap peristiwa dan menertibkan kegiatan korespondensi dengan wilayah lain. Atau dengan bahasa sederhana, latar belakang penetapan tahun hijriyah di zaman Umar, lebih terkait pada kepentingan administrasi dan tidak ada hubungannya dengan ibadah. Segala bentuk ritual ibadah, baik shalat di malam pergantian tahun atau doa tadhun baru, atau puasa akhir tahun, dst, sama sekali tidak pernah dikenal di zaman Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam maupun para sahabat. Ketika Umar menetapkan tanggal 1 Muharram sebagai hari pergantian tahun, beliau tidak memerintahkan masyarakat untuk memeriahkan hari itu sebagai hari istimewa.

Demikianlah sekelumit sejarah asal-usul Tahun Hijriyah. Semoga menambah khazanah pengetahuan bagi kita semua. In Syaa Allah.

Dari banyak sumber.

Tinggalkan komentar